Label

Rabu, 20 Oktober 2010

NASIVA




menari di tengah terik mentari pagi
aroma melati menyibak tabir gelisah jiwa
ia rentangkan tangannya melebar
bagai sayap - sayap yang siap terbang melambung tinggi
sambil melompat - lompat kecil di rerumputan mengembun
ku lihat gadis kecil itu tersenyum menatapku seolah2 ingin mengatakan sesuatu
namun aku tak mampu menangkap sesuatu itu..
dan ia pun membisu menatap langkahku....

***

segelas es teh untuk hilangkan dahaga dgn semangkuk soto menemani waktu istirahat siang ini. memang hari ini cuacanya terik, pemanasan global berpengaruh sekali, harus ada perlindungan untuk kulit saat begini,

ku pikir harus da body lotion yg cocok.

terik panas matahari tak menghambat laki2 itu menyiapkan pesanan pelanggannya yg berkunjung, sambil sesekali bercanda dgn khas bahasa jawa.
di tambah alunan lagu2 80'n

suanana istirahat ini aku nikmati

***

sesekali merengangkan tubuh untuk mengurangi penat duduk lama di 'kursi panas' ya, kursi panas disebut karena saat disentuh memang panas.
haa mungkin ini lelucon konyol yang diciptakan menghibur diri.

angkat tangan keatas,kesamping,kedepan,kebelakang, sambil menarik otot2 perut.. aaaah lega...
kembali duduk manis.
...ditemani segelas susu, dengan khas bau vanilla..
aku pun kembali tenang & menikmati suasana ini

dentuman nada – nada bercampur aduk dengan suara – suara bising disekelilingku. Dari suara – suara berbicara keegoisan, berbicara penghormatan, berbicara kesantunan pada atasan, atau sekedar gelagak tawa dan canda dari beberapa rekan disini, selalu menemani hari – hariku

ku lihat lalu lalang wajah – wajah yang tak asing kulihat hampir setahun terakhir ini, tersenyum, cemberut, segan, iseng-iseng, kesal, cemas, penuh tekanan, berpura – pura, ceria, ya semua ekspresi itu bisa ku lihat setiap hari disini.

Sekian lama disini, ada lelah yang menderu saat aku keluar dari tempat ini, saat aku melihat hilir mudik banyak orang yang bepergian, atau berbincang dengan berbagai pencapaian yang mereka hasilkan. Dan aku hanya statis dengan semua ini,

Entah apa dalam perjalanan ini, apakah aku seorang yang monoton menikmati hidupku?

atau aku kurang ikhlas menerima segala hal – hal yang ku alamai.?

Yang hingga kini kusadari semua ini tak pernah ada dalam benak dan harapanku, aku terlarut dalam beberapa angan – angan masa lalu yang terus menemani setiap diamku.

Aku ingin ini kenapa jadi begini, begitu sekiranya gambaran umum tentang hal yang ku alami. Memang aku selalu membaca nasihat – nasihat bijak yang mengatakan bahwa apa yang kita inginkan itu belum tentu yang terbaik untuk kita, bahkan yang menurut kita terbaik pun tidak selalu begitu bagi Tuhan, yang jelas – jelas tahu tentang seluk beluk perjalanan kita hingga aku hanya bisa terdiam, terus menjalani hari – hari seperti ini, mencoba menerima keadaan ini. ada rasa yang membujuk ku pergi namun ada kenyamanan dan ketakutan yang kurasa disini.

Gelisahku berpuncak pada kata problematika wanita karir, sesekali ku hadapkan wajah ke langit – langit ruangan ku saat ini hanya ada warna putih kusam berdebu halus disana, aku berada dalam ruangan ditemani dengan lagu – lagu keras tentang cinta.. hingga perasaan yang dinamakan cinta itu pun membayangi hatiku.. ada haru namun ku tahu bukan disini tempat untuk meneteskan butiran bening itu..

Dan aku bimbang penuh haru....

***

Sesaat ku tatap jam di telpon gengamku, alat komunikasi yang penting bagiku namun kadang terasa tak berarti pada saat – saat tertentu.

Ya aku hanya bisa melihat waktu dari situ karena jam tanganku raib entah kemana karena kelalaian aku lupa meletakan terakhir kali dimana. Yah inilah kebiasaan buruk ku “ lupa”, dan aku tahu solusinya yaitu aku harus banyak – banyak mengingat biar tidak lupa.

Saatnya pulang ...

***

Terik matahari masih terasa di sore ini, langit biru jingga menambah nikmatnya memandang ke langit luas ciptaanNya,

Maha Besar Allah dengan segala penciptaanya apa – apa yang dilangit dan apa – apa yang ada dibumi menjadi penyeimbang alam semesta ini,

Tak malu ku tersenyum sendiri disini merasakan betapa besarnya Allah dengan segala maha kesempurnaanNya. Subhanallah....

Namun langkahku terhenti ditaman itu.

Kulihat gadis kecil itu lagi, masih bermain dengan riangnya disana. Ada sebuah taman kecil bermain namun setiap aku melalui taman ini aku melihat hanya gadis itu yang menari – nari sambil berlari merentangkan tangannya seolah – olah ingin melesat terbang.. sesekali ku dengar gelegak tawanya memecah lamunanku. Kali ini ku hentikan langkahku menatapnya dari kejauhan yang tak memisahkan kehadiran antara kami.

Gadis itu menyadari kehadiranku yang sedang memperhatikan tingkah polosnya, sesaat ia terdiam heran melihatku,, aku sedikit salah tingkah saat ia melotot padaku ada rasa bersalah telah melihatnya terlalu lama disini. Tapi rugi rasanya jika aku hanya melihatnya tanpa mengenalnya, perlahan ku langkahkan kaki mendekatinya.. iya berlari kecil menjauhiku dan duduk di ayunan sambil tetap terseyum menerima kehadiranku.

Dengan sikap bersahabat aku duduk di sebelahnya sambil mengayunkan tubuhku bersamanya..

Gadis ini hanya tersenyum, tanpa mengatakan sesuatu..

“kenapa” tanyaku ?

Ia hanya menggelengkan kepalanya menerima respon perkataanku

“Namanya siapa adek? tanyaku lagi.

Iya menunjuk ketanah, aku bingung sesaat namun segera mengikuti arah tangannya,

Subhanallah .. indahnya... ku lihat rangkaian bunga tersusun rapi di tanah bunga melati yang dikombinasikan bunga berwarna kuning seperti bunga matahari namun bunga yang ini lebih kecil dari bunga matahari,

Kubaca pelan rangkaian bunga itu “ NASIVA “ hmm

“Nama yang cantik secantik adek”.. spontan ku belai rambutnya, entah ada perasaan sayang yang muncul tiba – tiba seolah – olah aku telah kenal lama dengannya.

Namun heranku kenapa ia tak juga berbicara?

Apakah gadis ini bisu?

Tapi tadi ku dengar ia menyanyi sambil tertawa riang.

Apa ia tuli?

Tapi ia merespon baik perkataanku..

Tiba – tiba ....

Ia memelukku dan menangis tersedu dalam pelukanku.

Spontan aku kaget. Kenapa??

Ada apa?

Ia terus menangis, aku pun tak kuasa menahan haru,

Sesaat kami larut dalam tangis mungkin dengan latar belakang masalah berbeda, sudah lama aku tak menangis begini seolah – olah aku menemukan sahabat yang memahami masalahku, aku memang tidak mengerti kenapa ia menangis.. dan kami larut dalam butiran – butiran bening yang mengalir di senja itu,, kami tak perduli dengan orang – orang sekitar, memang sepertinya tidak ada yang peduli dengan kehadiran kami saat itu.

Gadis itu terus memelukku erat sekali, sambil memukul – mukulkan kepalanya di dadaku, tiba – tiba ia memegang alat vitalku, sontak aku kaget dengan tingkahnya yang kemudian mulai meraba – raba daerah dadaku, kali ini ia mulai menarik jilbabku. Spontan aku cengkeram tangan mungilnya dan melepaskan diri dari pelukannya. dengan amarah aku dorong ia hingga ia jatuh dari ayunannya. dan berlari meninggalkannya. Tanpa memperdulikan apa yang terjadi padanya setelah ku dorong cukup keras tadi.

***

Angin berhembus dari pentilasi – pentilasi kamar tidurku, merasuk ke tulang – tulangku.

“ Dingin”

Ku tarik selimut lebih dalam lagi untuk menghangatkan badan, menutup kaki dan wajahku dalam selimut, masih teringat kejadian kemarin,

“gadis gila”, gumamku mengingatnya.

Harusnya aku tidak datang berkenalan dengannya,

“ sok akrab”, untung dia anak perempuan kalau laki – laki aduuh bisa – bisa aku keluarkan jurus andalan tak perduli ia masih kecil atau sudah dewasa sekalipun.

Ku lihat jam di handpone ku, disamping buku karya quraish shihab tentang wanita, memang akhir – akhir ini aku kesulitan untuk tidur jadi setiap malam harus melihat beberapa kata – kata untuk membuatku terlelap, ibarat dongeng dimasa kecil bedanya, yang ini aku membaca sendiri.

“Harus cepat – cepat berangkat kerja nih”,

“ nggak usah sarapan aja, sudah telat”

Akhirnya sampai dikantor.

Alhamdulillah masih sepi, dan hari ini aku datang lebih awal dari atasanku.

Isi absen, terus beres – beres file yang mau ditanda tangani, siapkan alat kerja. Dan buat segelas susu untuk menunda lapar pagi ini

***

Masih jam 07.45, masih punya waktu 15 menit untuk baca – baca berita Koran terbitan hari ini.

Halaman kegemaran adalah pembahasan tentang wanita, tepat pada halaman terakhir dari lembaran berita olah raga.

Suasana masih sepi, padahal sebentar lagi sudah jam kerja. Hanya beberapa karyawan saja yang datang. Aku masih duduk di ruang umum dari kantor ini, dimana disini biasanya para tamu – tamu menunggu giliran untuk bertemu dengan beberapa staff terkait.

“ riz, nih baca anak kecil diperkosa bapak asuhnya “, suara besar pak satpam menbuyarkan konsentrasiku membaca bahasan hari ini, dengan judul mengatasi lelah saat bekerja.

Mana pak sini saya pinjam baca,

Selasa, Herry (bukan nama sebenarnya) 45 tahun menyerahkan diri setelah melakukan pembunuhan dan pemerkosaan pada anak asuhnya yang ia temukan 5 tahun yang lalu Melati (bukan nama sebenarnya) 5 tahun, yang ditemukan dengan kondisi mengenaskan di rumahnya. Herry mengaku telah menggauli anak asuhnya sekitar setahun terakhir. “ saya melakukan dengan melati, karena istri saya lari dengan laki – laki selingkuhannya pak” ujarnya menjelaskan pada polisi.

Bagai diguyur air terjun yang dingin, tubuh ku kaku, mataku berkunang – kunang, gelap, ya hanya itu yang ku rasa saat melihat foto gambar sesosok gadis yang kukenal kemarin sore.

Setelah membaca foto gadis itu aku tak kuasa membaca beritanya hingga usai, bergegas aku langsung berlari ketaman itu. Aku tak perduli dengan panggilan rekan kerja yang heran melihat ku.

Namun sesampai disana kosong,

tak ada gadis kecil itu lagi bermain disana, tak ada lagi tawa riangnya yang ku dengar, sunyi, hanya semilir angin yang menghembus lembut menyapu jilbabku, dan menggoyangkan daun daun dipepohonan disini.

Aku tetap terpaku di taman itu.

Tak kuasa menahan airmata, ada sesal yang membayangiku, teringat wajah polos riang yang ternyata menanggung sakit yang mendalam, dibuang kedua orang tuanya yang tak bertanggung jawab atas kehadirannya, yang harus hidup dengan asuhan orang lain dengan bayaran nyawanya, ia harus menerima hari – hari sebagai seorang anak zina yang hingga akhirnya menjadi korban dari nafsu orang yang selama ini mungkin ia sebut sebagai ‘ayah’, sungguh aku tak menyangka dibalik sikap riangmu selama ini,.

Harusnya aku tidak meninggalkanmu kemarin, harusnya aku tetap mendengarkan sampai usai apa yang ingin kau sampaikan kemarin, harusnya aku ada saat kau memelukku, harusnya aku membiarkan cara penyampaianmu itu, harusnya aku memahami bahasa tubuhmu dari pada berusaha berpikir tentang apa yang ingin kau katakana padaku, harusnya aku disini untukmu,harusnya aku tidak mendorongmu, harusnya aku tidak meninggalkanku, harusnya aku mengerti apa yang ingin kau sampaikan nasiva..... maafkan aku.

Mungkin tarianmu selama ini, merentangkan tangan bak burung yang siap terbang,

Ya mungkin kau ingin terbang membebaskan diri dari semua itu, kini kau telah dibebaskan oleh Tuhan sayang, kini jiwamu akan damai dan dilindungi olehNya sekarang.. selamat jalan gadis kecilku, maafkan aku yang tak memahami semua apa yang ingin kau sampaikan selama ini... maafkan aku nasiva.. maaf.. maaf.. maaf...